Minggu, 20 Mei 2012

Antara Semiotika dan Sastra dalam Sebuah Puisi

TAPI
aku bawakan bunga padamu
                                       tapi kau bilang masih
aku bawakan resah padamu
                                       tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
                                       tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
                                       tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
                                       tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padmu
                                       tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
                                       tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
                                       wah!

                                                   Sutardji Calzoum Bachri,
                                                   1981 

ANALISIS TERHADAP PUISI “TAPI”

            Puisi “Tapi” karangan Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan sebuah pertentangan antara aku dan kau sehingga apa pun yang dibawa oleh aku selalu tak bermakna di mata kau.  Adanya pemisahan antara baris aku dan kau seolah menggambarkan perrcakapan antara dua orang yang tak akan pernah sejajar seperti Hamba dengan Tuhannya. Bila kita menganalisis dari segi semiotiknya sangat terlihat jelas bahwa seorang hamba tidak mungkin membawa bunga pada Tuhannya seperti pada baris pertama puisi aku bawakan bunga padamu. Kata bunga, resah, darah, mimpi, arwah, mayat, dan duka merupakan makna konotasi karena seorang hamba tidak akan membawa hal-hal demikian saat menghadap dengan penciptanya. Sedangkan kata bilang pada puisi merupakan makna konotasi dari firman karena Tuhan biasanya menggunakan kata “firman”.
            Gaya bahasa yang salah satunya digunakan pada puisi tersebut adalah hiperbola yaitu melebih-lebihkan. Bisa kita lihat dalam beberapa barisnya seperti aku bawakan mayatku padamu. Mana mungkin mayat kita sendiri bisa kita bawa sendiri kehadapn Tuhan kita. sungguh terlalu berlebihan.
            Untuk analisis semiotik lainnya yang berupa gambaran, dalam puisi “Tapi” karya Sutardji Calzoum Bachri ini kita dapat melihat 3 gambaran yaitu berupa  gambaran manusia,gambaran kesakitan, dan gambaran usaha.

Pertama untuk gambaran manusia, yaitu kata aku, kau, mayat, dan arwah. Kata aku dan kau merupakan kata ganti orang yaitu kata ganti orang pertama dan kata ganti orang ke dua. Namun kau  dalam puisi ini bukan merupakan gambaran manusia tetapi makna sebagai Tuhan. Mayat adalah bentuk jasad dari manusia yang telah meninggal dunia. Dalam puisi ini si aku adalah manusia jadi mayat ini tentu mayat dari manusia. Sedangkan Arwah adalah roh atau barupa banda abstrak yang lebih kita kenal sebagai jiwa dari sebuah mahluk yang salah satunya dimiliki oleh makhluk hidup berupa manusia. Kata “arwah” bisa kita masukan pada gambaran manusia karena arwah yang tertera dalam puisi adalah arwah yang dibawa oleh si aku yang notabene adalah manusia.
            Gambaran  kedua yaitu gambaran kesakitan. Gambaran  kesakitan yang terdapat dalam puisi ini adalah resah dan duka. Kata resah adalah berupa sebuah perasaan galau atau gelisah yang mendera hati manusia. Kata resah bisa kita golongkan dalam gambaran kesakitan karena resah itu membuat orang yang mengalaminya susah melakukan sesuatu karena dibebani oleh perasaan ini. Duka, kata ini merupakan antonim dari kata “suka”. Duka adalah perasaan kepedihan dan kesengsaraan yang dialami manusia seperti saat kehilangan. Dan kata ini bisa kita golongkan dalam gambaran kesakitan karena duka ini akan membuat hati orang yang mengalaminya terasa sakit dan sedih.
            Gambaran  yang ketiga yang terdapat dalam puisi tersebut adalah gambaran usaha. Kata yang bisa kita golongkan pada gambaran usaha adalah kata bawakan, bilang, dan datang. Bawakan merupakan kata kerja yaitu bawa yang berasal dari kata membawa yang mendapat imbukan –kan. Kata ini bisa kita golongkan pada gambaran usaha karena ini merupakan kata kerja. Kata bilang adalah kata yang biasanya dilakukan oleh lisan manusia dengan seperti kata berucap atau berbicara dan kata bilang pun masih kata kerja. Ini merupakan usaha untuk menyatakan sesuatu. Kata terakhir yaitu datang adalah dan kata lainya adalah hadir atau tiba. Ini merupakan usaha untuk menuju suatu tempat.  

             Maksud pesan dari pengarang dalam puisi tersebut adalah kedudukan atau nilai manusia tidak akanpernah dilihat oleh Tuhannya jika hanya menyombongkan diri dengan apa yang dimiliki manusia tersebut. Dalam puisi ini menceritakan tentang si aku yang setiap kali datang pada si kau selalu saja ada tak bermakna dalam pandangan si kau. Inti makna dari puisi tersebut adalah bahwa seorang manuasia aku janganlah merasa lebih besar atau hebat dari pada Tuhannya.
            Nilai atau kedudukan manusia tidak akan pernah bisa menyamai Tuhannya. Nilai manusia dimata Tuhannya selalu saja rendah karena walau bagaimana pun manusia itu hanyalah makhluk dari salah satu makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Penulis ingin memberitahu lewat puisi ini dan menjelaskan pada kita bahwa hanya pada Tuhanlah manusia menumpahkan atau membawa semua yang ada dalam dirinya baik jasad yang berupa darah, mayat maupun arwah, juga segala rasa seperti resah dan duka seperti yang penulis sampaikan pada pembacanya lewat puisi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar